Serangkaian serangan Iran terhadap Israel pada Sabtu (14/4) yang lalu telah menciptakan dilema besar bagi pihak Zionis terkait keinginan mereka untuk membalas aksi dari Teheran.
Dari satu sisi, Israel harus menjaga diri untuk memperoleh dukungan internasional. Namun, di sisi lain, pihak Zionis tentu tidak bisa mengabaikan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dan harus meresponsnya dengan tindakan yang tepat.
Saat ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadapi tekanan yang kuat dari koalisi sayap kanan untuk mengambil tindakan tegas terhadap Teheran, menyebabkan kebingungan yang mendalam.
Kabinet perang Israel pada hari Senin (15/4) telah meminta pemerintah untuk memberikan tanggapan atas serangan Iran yang melibatkan lebih dari 300 proyektil.
Menurut dua pejabat Israel yang akrab dengan situasi tersebut, kabinet perang saat ini sedang mengadakan diskusi tentang waktu dan lingkup dari respons, meskipun sekutu-sekutu Barat mereka telah memberikan peringatan keras agar tidak melanjutkan tindakan tersebut.
Jika Israel memutuskan untuk melakukan serangan balasan terhadap Iran, mereka berisiko kehilangan dukungan dari negara-negara Barat.
Baca Juga : Panasnya Politik Timur Tengah Berdampak Terhadap Anjloknya IHSG
Beberapa analis mengindikasikan bahwa Israel memiliki beberapa opsi, namun setiap opsi memiliki konsekuensi besar, terutama mengingat kritik yang mereka terima atas agresi mereka di Jalur Gaza Palestina sejak Oktober lalu.
Menurut seorang pengamat, melakukan serangan langsung terhadap Iran akan membentuk preseden yang baru. Meskipun selama ini Israel diyakini telah melakukan operasi rahasia di Iran, menargetkan individu atau fasilitas yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan mereka, Israel belum pernah secara langsung meluncurkan serangan ke Iran.
“Pada saat ini, kita jelas berada pada tahap yang baru, yang sangat berbahaya, dari konfrontasi antara Israel dan Iran,” kata seorang pengamat Iran di Institute for National Security Studies (INSS) di Tel Aviv, Raz Zimmt.
“Iran tentu saja sedang berusaha mengubah dinamika permainan dengan Israel. Kemungkinan besar kita akan menyaksikan lebih banyak serangan langsung di masa depan,” lanjutnya.
Zimmt menjelaskan bahwa meskipun Israel mungkin merasa “terbatas” dalam kemampuan untuk memberikan tanggapan, kemungkinan besar mereka tidak akan mengambil langkah untuk melakukan “serangan militer langsung dalam skala penuh” terhadap Iran, karena Teheran telah bersumpah untuk membalas dengan serangan yang lebih besar dari sebelumnya.
“Prioritas saat ini di Israel adalah untuk melanjutkan dan memusatkan perhatian pada mencapai tujuan utama mereka di Gaza, bukan membuka front baru,” tambah Zimmt.
Baca Juga :Â Tim Prabowo-Gibran Klaim Permohonan 01 dan 03 di MK Gagal
Presiden Iran Ancam Israel
Sementara itu, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengancam akan melakukan serangan yang luas dan menyakitkan terhadap Israel jika negara itu berani membalas serangan dari Teheran pada Sabtu (13/4) yang lalu.
“Kami dengan tegas menyatakan bahwa setiap tindakan yang bertentangan dengan kepentingan Iran akan dihadapi dengan respons yang serius, luas, dan menyakitkan,” kata Raisi saat berbicara melalui telepon dengan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, pada Senin (15/4) malam.
Raisi kembali menegaskan bahwa serangan Iran pada akhir pekan sebelumnya adalah sebagai bentuk pembelaan diri atas serangan Israel terhadap gedung kedutaan besar Teheran di Damaskus, Suriah, pada 1 April lalu.
Serangan tersebut mengakibatkan kematian dua jenderal Garda Revolusi Iran. Sebagai respons atas serangan tersebut, Iran meluncurkan lebih dari 300 proyektil terhadap Israel dari berbagai perbatasan negara-negara pendukungnya pada Sabtu.