Baru-baru ini publik disuguhi momen hangat Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, mantan pasangan calon presiden dan wakil presiden, hadir dalam prosesi penetapan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih tahun 2024– 2029 pada Rabu, 24 April 2024 di Kantor KPU Jakarta.
Anies-Cak Imin sepertinya sudah tidak asing lagi dengan Prabowo-Gibran saat ini. Sebenarnya, saat mengakhiri pidatonya saat acara tersebut, Prabowo Subianto memberikan pelukan erat kepada Anies. Tawa mesra dan jabat tangan juga terlihat di antara mereka.
Kebetulan, lawan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 adalah Anies-Cak Imin. Suasana ramai terjadi saat kontestasi kampanye presiden 2024. Saat pembahasan Pilpres, Anies dan Prabowo bahkan sempat saling bertukar kritikan pedas.
Namun pasangan Anies-Muhaimin pada akhirnya kalah telak melawan Prabowo-Gibran.
Jika ditilik ke belakang, hubungan Anies dan Prabowo Subianto mengalami love hate relationship menjelang Pilpres 2024.
Baca Juga: Cak Imin Soal Peluang Gabung Koalisi Prabowo-Gibran: Kita Semua Berteman
Misalnya, pada Pilpres 2014, Anies mendukung dan bergabung dengan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (JK). Jokowi dan JK saat itu terlibat pertarungan politik dengan duo Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Jokowi-JK menunjuk Anies sebagai juru bicara mereka pada Pilpres 2014. Anies saat itu terkenal dengan kritik pedasnya terhadap pasangan Prabowo-Hatta.
Anies menyebut sejumlah inisiatif Prabowo-Hatta hampir sama dengan maksud dan tujuan Jokowi-JK, serta banyak cerita yang mendukungnya. Strategi periklanan Prabowo yang kerap menampilkan iklan di media, sebelumnya dikritik Anies.
Tim Jokowi-JK akhirnya menang pada pertandingan kedua pasangan tersebut. Anies diangkat menjadi Menteri Pendidikan (Mendikbud) setelah pelantikan Jokowi-JK sebagai presiden pada Oktober 2014.
Baca Juga: AHY Serahkan soal Koalisi ke Prabowo: Tak Hanya Besar Tapi Juga Setia
Namun masa jabatan Anies sebagai Menteri Kebudayaan dan Pendidikan tidak lama, hanya dua tahun. Pemerintahan Jokowi-JK melakukan reshuffle pada Juli 2016, dengan Muhadjir Effendy mengambil alih jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies.
Pasca reshuffle kementeriannya, Anies berupaya mengikuti pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017. Meski sempat bersinggungan dengan Anies pada Pilpres 2014, Prabowo Subianto kemudian mengusung Anies untuk dicalonkan.
Singkat cerita, Prabowo meminta PKS mengusulkan Anies dan Sandiaga Uno sebagai tim yang akan bersaing di Pilkada DKI 2017. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)-Silviana Murni dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat menjadi pasangan yang dihadapi Anies-Sandi.
Pada Jumat, 23 September 2016 malam, Anies-Sandiaga diproklamasikan sebagai cagub dan cawagub Jakarta dari Gerindra-PKS di rumah keluarga Prabowo di Jl Kartanegara No. 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Baca Juga: Ini Pesan Jokowi Kepada Prabowo-Gibran Setelah Putusan KPU
Meski kedua partai menggarisbawahi bahwa calon gubernur dan wakil gubernur tidak harus kader Gerindra atau PKS, namun dalam pidato deklarasinya, Prabowo Subianto mengakui Anies bukan salah satunya. Tujuan Gerindra dan PKS hanya mencari angka ideal bagi warga Jakarta.
Anies-Sandi menjadi pemenang di dua putaran Pilkada DKI Jakarta 2017. Prabowo dan Anies tetap berteman hingga Pilpres 2019. Mereka tetap berada di baris yang sama. Sandiaga Uno yang saat itu sudah mengundurkan diri dari jabatan Wakil Gubernur, digandeng Prabowo.
Meski tak ada nama Anies di organisasi Timses Prabowo, Ia menghadiri kampanye akbar Prabowo-Sandiaga pada 7 April 2019 di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta. Di panggung utama kampanye, Anies memberikan pelukan kepada calon wakil presiden Sandiaga.
Anies dan Prabowo kembali mengambil keputusan berpisah jelang Pilpres 2024. Di bawah bendera Koalisi Perubahan, NasDem, PKB, dan PKS mendukung Anies menantang Muhaimin Iskandar pada Pilpres 2024.
Baca Juga: Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo
Sementara itu, Partai Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PSI, PBB, Gelora, dan Partai Prima membentuk aliansi yang cukup besar untuk mendukung Prabowo.
Hubungan antara Prabowo Subianto dan Anies Baswedan dalam kancah politik Indonesia telah melalui berbagai dinamika, dari perbedaan pendapat hingga dukungan bersama.
Meski keduanya sempat berada di sisi yang berlawanan dalam beberapa kontestasi politik, pertemuan mereka setelah pelantikan Prabowo sebagai Presiden menunjukkan sebuah sikap rekonsiliasi dan profesionalisme politik.
Pertemuan ini mengingatkan kita bahwa dalam politik, perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dan perlu dihadapi dengan kedewasaan.
Kedewasaan politik yang ditunjukkan oleh kedua tokoh ini merupakan sebuah harapan bagi masa depan politik Indonesia, di mana perbedaan tidak lagi dijadikan alasan untuk perpecahan, melainkan sebagai langkah untuk pemahaman dan kerjasama yang lebih erat.
Di saat negara membutuhkan kebersamaan untuk menghadapi tantangan masa depan, kebersamaan dan rekonsiliasi antar pemimpin seperti ini menjadi sangat penting.