Dino Patti Djalal, Pendiri dan Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), menyatakan bahwa Presiden terpilih untuk periode 2024-2029, Prabowo Subianto, dianggap sebagai wajah baru dalam politik luar negeri Indonesia.
Hal ini diungkapkan melalui akun resmi Instagram FPCI setelah kunjungan Prabowo ke China untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping dan ke Jepang untuk bertemu dengan PM Fumio Kishida.
Menurut Dino, ada beberapa pesan tersirat yang dapat diinterpretasikan dari pertemuan tersebut. Pertama, China sedang menggunakan diplomasi proaktif dengan bijaksana untuk memperkuat dan memperbaiki hubungan dengan presiden terpilih Indonesia.
Kedua, Dino juga menekankan bahwa Xi Jinping menunjukkan penghormatan dengan cara khusus menyambut kedatangan Prabowo di bandara, menandakan pentingnya hubungan tersebut.
“Dari awal, China ingin menegaskan sikap penghormatan terhadap presiden Indonesia yang terpilih, Prabowo. Hal ini merupakan tindakan yang sesuai dengan budaya Asia. Selain itu, ini juga memberi kesempatan untuk memperkuat hubungan personal antara Xi Jinping dan Prabowo,” ungkap Dino.
Baca Juga : Biar Kolestrol Ga Naik Pas Lebaran, Yuk Kurangi Konsumsi Makanan Ini!
Prabowo Jaga Keseimbangan Hubungan Diplomatik
Selanjutnya, pertemuan antara Prabowo dan Kishida juga dianggap sebagai langkah untuk menjaga keseimbangan hubungan diplomatik.
Seperti yang diketahui, dalam kawasan Indo-Pasifik, Jepang tergabung dalam kelompok Quad bersama Amerika Serikat, Australia, dan India.
Selain itu, Jepang juga semakin erat hubungannya dengan AUKUS, sebuah kerjasama militer antara Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Kedua kelompok ini, Quad dan AUKUS, mendapat penolakan dari China.
“Kunjungan Prabowo ke Jepang untuk bertemu dengan PM Kishida setelah kunjungan ke Beijing menunjukkan usaha untuk menerapkan prinsip keseimbangan kekuatan. Oleh karena itu, kunjungan Prabowo ke Jepang menunjukkan bahwa Prabowo ingin berada di antara dua pihak yang bersaing tersebut sambil menjaga hubungan yang seimbang antara dua negara besar di Asia,” ujar Dino.
Bahkan, menurut Dino, Prabowo juga dipandang sebagai pemimpin baru yang akan terlibat aktif dalam urusan politik luar negeri, yang dalam sembilan tahun terakhir tampak kurang berminat.
“Prabowo tampaknya lebih tertarik untuk menjadi pemain utama dalam diplomasi internasional sejak awal,” ungkap Dino.
“Prabowo akan membawa wajah baru dalam politik luar negeri, yang dalam sembilan tahun terakhir cenderung tidak banyak bergerak dalam urusan geopolitik, bersifat transaksional, reaktif, dan lebih banyak bergantung pada citra diplomatis,” tambahnya.